The Glance of Me

Quote of the Day
Shout Box
Name :
Web URL :
Message :
:) :( :D :p :(( :)) :x
Dienstag, Dezember 18, 2007
Almost The End Of The Year
Time is running so fast. I am just thinking what I have done so far in this year and what I'd like to do in upcoming years.

It seems like I'm busy at the moment, but so far I still enjoy my life with surrounding colleagues and friends. For sure when I am on the go constanly, it'd be boring and that time I definitely need another challenging in my life.
So, I guess busy is busy, which is not a bad thing, really.

Anyway, thanks God for everythings that happens to me in this year and previous years. I know that I may expect more. but certainly you are the only one who know what is good or not for me.
I'd like to thank to all of my beloved family for support and love that they always give to me, and to my friends, colleagues, thanks guys.
posted by Hariadi @ 2:19 AM   0 comments
Mittwoch, Februar 28, 2007
Love you, Mama

"Eine Mutter ist nicht jemand zum Anlehnen, sie macht es unnötig, jemanden zum Anlehnen zu brauchen." ...kann man nicht nur als eine Hommage an die Mutterrolle betrachten, sondern gleichsam auch als Leitgedanke für die Aufgaben einer Mutter.

"Mutter" ist der schönste Name,auf dem weiten Erdengrund. Zärtlich, oft wird er gerufen, leise aus der Kinder Mund.Leise nur wird er gesprochen,wenn bang und traurig ist das Herz.Hilfe suchend, oft gerufen,wenn Dich drückt die Not, der Schmerz.Wenn die Mutter ist dann selber,von der Arbeit müd' und alt,der Muttername bleibe heilig,dann denk zurück und gib ihr Halt.Behütet, beschützt ein Leben lang,drum sag ich heut am Muttertag, für Deine Güte und Treue,hab Dank, hab Dank.
Verse:

  • Eine glückliche Mutter ist für die Kinder segensreicher als hundert Lehrbücher über die Erziehung.
  • Der Himmel ist zu den Füßen der Mutter.
  • Zum heutigen frohen Feste wünsch ich von Herzen dir das Schönste und das Beste und deine Liebe mir. Nimm meinen Wunsch aus reinem Sinn und treuer Liebe freundlich bin.
  • Eine rechte Mutter sein, das ist ein schwer Ding, es ist wohl die höchste Aufgabe im Menschenleben.
  • Das Mutterherz ist ein Abgrund, auf dessen Boden sich immer noch ein Verzeihen findet.
  • Keine Weisheit, die auf Erden gelernt werden kann, vermag uns das zu geben, was ein Wort, ein Blick der Mutter gibt.
  • In der Natur ist keine Freude so erhaben und rührend wie die Freude einer Mutter über das Glück ihres Kindes.
  • Wenn du noch eine Mutter hast, so danke Gott und sei zufrieden. Nicht allen auf dem Erdenrund, ist diese Glück beschieden.
  • Die drei schönsten Dinge, die ein Mensch sehen kann: ein blühendes Kartoffelfeld, ein Schiff unter vollen Segeln und eine Mutter mit einem neugeborenen Kind.
  • Nichts geht über ein Herz, von dem man mit Gewissheit weiß, dass es einzig und unwandelbar an uns hängt und keine Faser Falschheit und Eigensucht hat.
posted by Hariadi @ 4:14 PM   0 comments
Friend !!!
What would you do if every time you wanted someone they would never be there?
What would you do if for every moment you were truly happy there would be 10 moments of sadness?
What would you do if your best friend died tomorrow and you never got to tell them how you felt?
So, I just wanted to say, even if I never talk to you again in my life, you are special to me and you have made a difference i n my life.
I look up to you, respect you, and truly cherish you.
Remember, everyone needs a friend, someday you might feel like you have NO FRIENDS at all, just remember this and take comfort in knowing somebody out there cares about you and always will.
I'll Always Be There
In times of trouble,
In times of need,
If you are feeling SAD, You can count on me.
I will give you a wink, Until you smile, give you a hug, And stand by your side.
I'll be there for you till the end, I'll always and forever, be your friend!
posted by Hariadi @ 4:02 PM   2 comments
Mittwoch, Februar 14, 2007
Sekolah
Oleh: Samuel Mulia Penulis Mode dan Gaya Hidup
Dari sejak kecil saya sangat tak suka sekolah. Buat saya, sekolah seperti neraka, meski sesungguhnya saya tak tahu neraka itu seperti apa.
Ketika duduk di kelas satu sekolah dasar, saya bertanya kepada Ibu, mengapa saya perlu sekolah. Mengapa saya perlu pergi ke sekolah tepatnya, lha wong kalau saya bisa belajar saja di rumah, terus kenapa?
Ibu saya diam saja. Mungkin geregetan melihat anaknya baru kelas satu sudah bawel setengah mati. Jawaban itu malah datang dari teman saya setelah SMA. "Nanti lo enggak dapat kerja karena enggak punya ijazah. Kan enggak mungkinlah yao nyak lo buat ijazah seenaknya sendiri."
Ijazah. Itu penting sekali rupanya, meski sekarang ini walau sudah di genggaman tangan pun saya melihat masih saja banyak yang kelabakan mencari pekerjaan. Hari Selasa lalu, saya hadir dalam rapat dengan seorang kurator bersama seorang teman kami. Hari masih pukul sepuluh pagi hari, harum kopi hitam di kafe membangunkan mata saya yang masih sembap.
Seusai rapat, sang kurator berbicara soal mahasiswanya yang tak bisa maju-maju di perusahaannya karena hanya berijazah D-3 dan bukan S-1. Padahal, teman sejawatnya yang berijazah S-1 tak sepandai murid D-3-nya dalam urusan fotografi. Toh kenyataannya perusahaan menilai manusia lebih tinggi karena ijazah S-1-nya itu.
Seperti WC
Saya itu ingin sekali bisa hanya dengan ijazah lulusan sekolah dasar bisa jadi presiden. Saya tak membayangkan dengan ijazah sekolah dasar saya bisa memenangi ujian penerimaan karyawan dan menjadi presiden di sebuah perusahaan multinasional, misalnya. Tetapi, Pak Harto bisa dan memimpin negara dengan rakyatnya yang memegang ijazah lebih tinggi darinya... dan menganggur.
Selain saya ingin seperti pak Harto, saya juga merasa sudah membuang waktu selama masa sekolah dengan hal-hal yang bukan saya. Saya bukan antipendidikan, saya malah mau bercerita bagaimana tersiksanya saya yang bodoh matematika, fisika, apalagi kimia serta susahnya menghafal Pancasila, serta tak bisa membuat prakarya dengan gergaji, tetapi semuanya harus saya laksanakan sekian tahun lamanya.
Ayah saya pernah marah-marah karena saya tak mengerti ilmu pengetahuan alam, sampai saya disetrap tak boleh ke mana-mana. Seandainya dulu saya bisa berbicara kepada ayah saya, saya akan mengatakan mengapa ia harus marah anaknya tak mampu ilmu alam bila anaknya malah mampu jadi penata rambut dan lebih bahagia di dapur bersama pembantu belajar memasak?
Di sekolah menengah dahulu, murid laki-laki mendapat pekerjaan yang dianggap pekerjaan laki-laki. Sampai sekarang saya tak mengerti bahwa ternyata pekerjaan punya jenis kelamin, seperti WC. Siapa yang membuat aturan bahwa gergaji adalah mainan laki-laki atau bertinju adalah kesenangan laki-laki? Lha… putrinya Pak Muhammad Ali malah memilih jadi petinju.
Murid perempuan mendapat kegiatan masak-memasak atau jahit-menjahit. Padahal apa ya semua perempuan mau jadi tukang masak dan tukang jahit? Lha wong, sekali lagi, putrinya Pak Ali malah memilih menjadi petinju.
Seperti Sebastian Gunawan
Sementara menurut penglihatan saya yang plus satu setengah ini, tukang masuk di hotel berbintang atau rumah makan tanpa bintang umumnya didominasi laki-laki. Dan pekerjaan itu tak membuat mereka jadi banci atau keperempuan-perempuanan. Jadi, mengapa saya tak boleh ikut masak saat sekolah menengah dahulu, lha wong saya lebih suka masak daripada main gergaji?
Coba saja saya boleh, saya mungkin tak perlu masuk SMA dan langsung kursus yang lebih spesifik dalam waktu singkat dan saya bisa jadi tukang masak.
Kalau tak diterima di mana-mana, ya bikin warung kecil sendiri. Mungkin saya akan lebih banyak punya uang pada umur yang sama daripada teman saya yang berkutat dengan H2SO4 di laboratorium.
Kalau saja pada masa sekolah itu saya bisa bergabung dengan kaum perempuan untuk belajar jahit-menjahit, mungkin saya tak perlu harus menuntaskan ijazah SMA, tetapi belajar jadi tukang jahit dan belajar desain. Mungkin sekarang saya bisa berbisnis pakaian jadi seperti Sebastian Gunawan tanpa harus membuang waktu bertahun lamanya. Mungkin sejak lama saya sudah bisa punya toko membuat pakaian di Jakarta Pusat, Timur, Utara, Barat, dan Selatan.
Sementara dunia jahit-menjahit juga banyak diminati laki-laki, mengapa saya harus belajar sampai terkantuk-kantuk soal P4 kalau saya lebih canggih menarikan jari-jemari saya di atas kain dan menggoyangkan kaki saya di meja jahit? Lha... wong saya dijejal P4, dan saya mencoba untuk menghayatinya dan mencintai negeri ini dengan sebenar-benarnya, malah sekarang banyak orang yang tak peduli dengan intisari P4.
Jadi, saya harus menjalani pendidikan formal supaya dapat ijazah, saya harus menjalani hal yang tak saya sukai bertahun lamanya. Masalahnya, situasi itu membuat saya menghabiskan waktu dengan sia-sia untuk sesuatu yang tak ingin saya raih. Mungkin masalahnya juga masa itu—sebelum datangnya kesempatan jadi bintang sinetron atau selebriti—cita-cita saya cuma sampai jadi dokter, insinyur, atau ekonom. Sebuah cita-cita yang dianggap mulia dan pantas karena ada orangtua teman saya yang menyuruh anak lelakinya jadi dokter supaya sampai masa tua tak akan miskin.
Coba kalau semua orang jadi dokter, siapa yang membangun ruang praktik sang dokter atau yang mencukur rambut sang dokter? Apakah mereka akan jatuh miskin dibandingkan dengan dokternya? Situasi masa itu membuat saya tak bisa berpikir, dan tak punya keberanian mendatangi orangtua saya untuk menjelaskan kepada mereka saya ingin jadi penata rambut.
Saya kok yakin, orangtua saya bakal kena serangan jantung. Anak lelaki kok kerja seperti perempuan? Teman wanita saya bercerita, sewaktu ia lulus sekolah menengah atas di Bandung ingin sekali menjadi peragawati. Kebetulan memang posturnya pas untuk itu.
"Pengen kayak Okky Asokawati, bo," katanya. Alhasil, cita-citanya kandas di tengah jalan karena menurut ayahnya itu profesi yang tidak menjanjikan dan tidak pantas. Saya kemudian bertanya dalam hati, adakah profesi yang pantas?
Raihlah Cita-citamu Setinggi Langit
1. Kalau membaca peribahasa ini sebaiknya dengan kepala dingin. Maksud saya, dengan berkaca melihat kemampuan Anda sendiri, karena untuk mencapai "setinggi langit" selain belum tentu enak dan menyenangkan, Anda juga harus punya senjata bernama IQ. Kalau IQ Anda sama jongkoknya dengan saya, nanti Anda malah frustrasi dan cita-cita tak tercapai, langit tak tersentuh malah jadi pungguk merindukan langit.
2. Setelah Anda berkaca dan mampu melihat sejauh mana kebodohan dan kepandaian Anda, mulailah mendata pekerjaan-pekerjaan apa saja yang bisa Anda raih dengan senjata kebodohan dan kepandaian itu. Bila Anda tak suka matematika dan pandai cuap-cuap, mungkin Anda bisa jadi tukang gosip atau tukang fitnah atau manipulator.
Bila Anda pandai berhitung dan bodoh dalam kejujuran, Anda bisa bekerja pada pekerjaan yang berhubungan dengan uang, dan mungkin bisa sambil korupsi. Kalau Anda bodoh menghafal, tetapi pandai melihat peluang, Anda mungkin bisa jadi penjilat. "Wah… aku mau tuh jadi penjilat," celetuk teman saya.
3. Jangan pernah menganggap profesi atau status pendidikan Anda tidak lebih baik daripada profesi orang lain. Membandingkan D-3 dan S-1, misalnya. Sejauh Anda menjalani profesi atau pekerjaan Anda dengan benar dan dengan hati bahagia, Anda tak perlu merasa menjadi kurang baik atau kurang pantas.
4. Menjadi dokter atau menjalani pendidikan formal tak ada salahnya, tetapi cobalah memberi peluang kepada mata Anda untuk melihat kesempatan di luar pendidikan formal atau profesi yang dianggap pantas itu. Menjual bakso, menerima pesanan menggambar kartu undangan (bukan membuat percetakan), misalnya. Bila Anda memang dikarunia kemampuan memasak tanpa harus belajar memasak, maka cobalah mulai memasak buat teman-teman Anda. Dari mulut merekalah umumnya promosi berlangsung. Siapa tahu suatu hari Anda mampu memiliki usaha katering.
Bila Anda banyak memiliki koleksi buku, mungkin Anda bisa membuka perpustakaan kecil-kecilan. Selain Anda membuat orang jadi pandai, Anda juga memperoleh laba dari peminjaman buku. Bahwa ada yang menjadi germo atau gigolo, itu kenyataan yang ada, tetapi bukan yang saya maksud dalam hal bekerja di luar pendidikan formal.
5. Bila Anda memimpin perusahaan, cobalah jangan mudah menilai dengan hanya melihat CV yang dikirimkan, nilai IP yang tertera di ijazah, atau nama universitasnya. Itu perlu tetapi tak menjamin apa-apa. Cobalah berpikir juga pada result oriented.
Teman saya seorang pengusaha percetakan, telah mempekerjakan delapan orang cacat dan kedelapan manusia cacat ini tak membuat usaha percetakan itu menjadi tersendat-sendat. Ia sebagai pemimpin perusahaan memberi penilaian tak berdasarkan keadaan fisik, ada atau tidak adanya ijazah, tetapi berdasarkan hasil pekerjaan dan tanggung jawab mereka.
posted by Hariadi @ 9:29 PM   0 comments
Mittwoch, Januar 24, 2007
Quotations by Kahlil Gibran
Every man loves two women;the one is the creation of his imagination and the other is not yet born.
Kahlil Gibran

Generosity is giving more than you can, and pride is taking less than you need.
Kahlil Gibran

God made Truth with many doors to welcome every believer who knocks on them.
Kahlil Gibran

I have learnt silence from the talkative, toleration from the intolerant, and kindness from the unkind; yet strange, I am ungrateful to these teachers.
Kahlil Gibran

If indeed you must be candid, be candid beautifully.
Kahlil Gibran

If you cannot work with love but only with distaste, it is better that you should leave your work. Kahlil Gibran

If you reveal your secrets to the wind you should not blame the wind for revealing them to the trees.
Kahlil Gibran

In the sweetness of friendship; let there be laughter and the sharing of pleasures. For in the dew of little things the heart finds its morning and is refreshed.
Kahlil Gibran

It is well to give when asked, but it is better to give unasked, through understanding.
Kahlil Gibran

Out of suffering have emerged the strongest souls; the most massive characters are seared with scars.
Kahlil Gibran

Say not, 'I have found the truth,' but rather, 'I have found a truth.'
Kahlil Gibran

The deeper sorrow carves into your being the more joy you can contain.
Kahlil Gibran

The lights of stars that were extinguished ages ago still reaches us. So it is with great men who died centuries ago, but still reach us with the radiations of their personalities.
Kahlil Gibran

The optomist sees the rose and not its thorns; the pessimist stares at the thorns, oblivious of the rose.
Kahlil Gibran

To understand the heart and mind of a person, look not at what he has already achieved, but at what he aspires to do.
Kahlil Gibran

Yesterday is but today's memory, tomorrow is today's dream.
Kahlil Gibran

In battling evil, excess is good; for he who is moderate in announcing the truth is presenting half-truth. He conceals the other half out of fear of the people's wrath.
Kahlil Gibran, 'Narcotics and Dissecting Knives,' Thoughts and Meditations, 1960

It is well to give when asked but it is better to give unasked, through understanding.
Kahlil Gibran, 'On Giving,' The Prophet, 1923

Yes, there is a Nirvanah; it is leading your sheep to a green pasture, and in putting your child to sleep, and in writing the last line of your poem.
Kahlil Gibran, Essay on Robert Frost, quoted in N. Y.. Times: Obit-Editorial, April 1982

And in the sweetness of friendship let there be laughter and the sharing of pleasures. For in the dew of little things the heart finds its morning and is refreshed.
Kahlil Gibran, The Prophet
posted by Hariadi @ 3:08 PM   0 comments
Montag, März 28, 2005
Herzlich Willkommen
Wilkommen

Diese ist die erste Kontribution für meine Blog. Ich würde glücklich sein, wenn ich viele Freunde durch dieses Blog kennenlernen kann.

Ansonsten können Sie mir kennenlernen durch
http://www.friendster.com/hariadi
http://www.myspace.com/hariadi
http://www.hariadi.multiply.com

Ich würde dankbar sein, wenn Sie mir geben konnten weitere Aufmerksamkeit

Vielen Dank & Grüß,
posted by Hariadi @ 11:01 PM   1 comments
About Me

Name: Hariadi
Home: Indonesia
About Me:
See my complete profile
About the Blog
Hi. I write what I like here at definite moment. No specific topics so why limit myself?. Normally, I'd write either in English, German or my lovely Bahasa Indonesia. Feel free post your comments in those languages
Previous Post
Archives
Links
Template by


BLOGGER